Menjelang 13 tahun usia perkawinan, sepertinya saya
perlu melakukan flashback. Mencoba mengingat kembali jejak-jejak biduk yang
telah saya & istri tumpangi bersama. Sepertinya salah satu kiat memupuk
pohon kebersamaan kami agar akar-akarnya semakin kuat adalah mengingat kembali masa lalu, yang buruk kami tinggalkan dan lupakan, yang baik kami tingkatkan.
Diawali perkenalan secara sengaja di sebuah wartel
tempat istri bekerja (waktu itu saya berprofesi sebagai penjual voucher isi
ulang seluler), tentu bermaksud untuk menitipkan dagangan voucher di wartel
tersebut. Perlu diingat, tahun 2005
adalah tahun dimana jasa wartel masih berjaya sebelum datangnya era telepon
pintar.
Tak dinyana, penjaga wartel adalah seorang wanita
dengan paras ayu manis keibuan. (Uhuuk...!)
Singkat cerita, dalam tempo 2 minggu berinteraksi,
kami berkomitment untuk membentuk keluarga, berjanji menjalani segala suka duka
bersama. Dengan status seorang mahasiswa
dan tanpa pekerjaan tetap, saya berazam untuk segera menikah.
What ? Hanya dalam 2 minggu berkomitmen untuk hal yang
akan dijalani seumur hidup?
Ya, mengapa tidak?
Perkawinan harus didasari atas niat yang lurus dan azam yang kuat.
Tapi apakah waktu 2 minggu itu cukup untuk saling
mengenal pribadi masing-masing?
Ya, tentu bisa. Dalam perjalanan perkawinan nanti
tentu kami akan dapat belajar banyak mempelajari kepribadian masing-masing.
Namun, apakah tidak lebih baik melalui proses pacaran
untuk saling menjajaki pribadi masing-masing?
Oh, tentu tidak!
Dalam perjalanan biduk rumah tangga nantinya akan kami isi laiknya dua
sejoli yang sedang kasmaran.
Namun bukan rumah tangga kalau tak ada
perselisihan. Tak selamanya rumah tangga
terisi oleh hal-hal yang menyenangkan. Samudra kehidupan pastilah terdapat gelombang dan riak-riak kecil. Komunikasi menjadi solusi mengatasi hal-hal
tersebut. Selain itu saling memahami peran masing-masing menjadi kunci
bagaimana biduk rumah tangga berlayar mencapai tujuannya.
Hingga akhirnya, dipenghujung tahun 2017 menjelang 2018
kami jadikan momentum untuk melakukan flashback perjalanan biduk rumah tangga. Menyegarkan kembali komitment. Memupuk
kembali kasih sayang. Memperhatikan kembali jarum kompas perjalanan biduk
bernama rumah tangga ini.
Semoga.