Selasa, 05 Desember 2017

Biduk itu Bernama Rumah Tangga...




Menjelang 13 tahun usia perkawinan, sepertinya saya perlu melakukan flashback. Mencoba mengingat kembali jejak-jejak biduk yang telah saya & istri tumpangi bersama. Sepertinya salah satu kiat memupuk pohon kebersamaan kami agar akar-akarnya semakin kuat adalah mengingat kembali masa lalu, yang buruk kami tinggalkan dan lupakan, yang baik kami tingkatkan.

Diawali perkenalan secara sengaja di sebuah wartel tempat istri bekerja (waktu itu saya berprofesi sebagai penjual voucher isi ulang seluler), tentu bermaksud untuk menitipkan dagangan voucher di wartel tersebut.  Perlu diingat, tahun 2005 adalah tahun dimana jasa wartel masih berjaya sebelum datangnya era telepon pintar.
Tak dinyana, penjaga wartel adalah seorang wanita dengan paras ayu manis keibuan. (Uhuuk...!)

Singkat cerita, dalam tempo 2 minggu berinteraksi, kami berkomitment untuk membentuk keluarga, berjanji menjalani segala suka duka bersama.  Dengan status seorang mahasiswa dan tanpa pekerjaan tetap, saya berazam untuk segera menikah.

What ? Hanya dalam 2 minggu berkomitmen untuk hal yang akan dijalani seumur hidup?  
Ya, mengapa tidak?  Perkawinan harus didasari atas niat yang lurus dan azam yang kuat.
Tapi apakah waktu 2 minggu itu cukup untuk saling mengenal pribadi masing-masing?
Ya, tentu bisa. Dalam perjalanan perkawinan nanti tentu kami akan dapat belajar banyak mempelajari kepribadian masing-masing.
Namun, apakah tidak lebih baik melalui proses pacaran untuk saling menjajaki pribadi masing-masing?
Oh, tentu tidak!   Dalam perjalanan biduk rumah tangga nantinya akan kami isi laiknya dua sejoli yang sedang kasmaran.

Namun bukan rumah tangga kalau tak ada perselisihan.  Tak selamanya rumah tangga terisi oleh hal-hal yang menyenangkan. Samudra kehidupan pastilah terdapat gelombang dan riak-riak kecil.  Komunikasi menjadi solusi mengatasi hal-hal tersebut. Selain itu saling memahami peran masing-masing menjadi kunci bagaimana biduk rumah tangga berlayar mencapai tujuannya.

Hingga akhirnya, dipenghujung tahun 2017 menjelang 2018 kami jadikan momentum untuk melakukan flashback perjalanan biduk rumah tangga.  Menyegarkan kembali komitment. Memupuk kembali kasih sayang. Memperhatikan kembali jarum kompas perjalanan biduk bernama rumah tangga ini.
Semoga.

Senin, 04 Desember 2017

JANGAN BERCERAI BUNDA...



Image result for foto kartun kemesraan keluarga

Sorry Bun....
Kalimat ini selalu saya ucapkan setiap memulai pembicaraan sama sampeyan, untuk menjaga perasaan sampeyan tentunya.

Perlu sampeyan pahami, perceraian tidak menyelesaikan masalah.  Yang ada malah rentetan masalah yang nambah pusing.
Inget anak-anak, masih butuh sosok seorang ayah.

Trus piye caranya melanjutkan bahtera rumah tangga sampeyan?

Instropeksi diri
Inget Bun. Permasalahan muncul tak selalu datang dari satu pihak. Bisa jadi ada andil dari kita atas masalah yang muncul tersebut.
Instropeksi diri wajib sampeyan lakukan. Adakah hal kurang sreg bagi pasangan sampeyan? Atau ekspektasi dari pasangan sampeyan yang tidak terkomunikasikan dengan baik.

Komunikasi
Komunikasi menjadi hal penting dalam penyelesaian masalah Bun.  Sudahkah terjalin komunikasi yang baik dengan Bapaknya anak-anak?
Mulailah jalin komunikasi yang intens Bun.  Turunkan ego yang selama ini menjadi tembok besar di antara sampeyan dan pasangan.

Bersyukur
Kok bersyukur?  Opo hubungane?
Coba sampeyan liat ke bawah Bun, banyak jomblowan-jomblowati yang tiap malem menangis bersedu-sedan memohon kepada Rabb-Nya untuk mendapatkan pasangan hidup.
Lhaa...sampeyan saat ini malah sudah dikaruniai keluarga yang lengkap, ada suami, ada istri dan ada anak-anak yang lucu dan nggemesin yang setiap saat meramaikan ruang keluarga.
Kurang opo Bun ?

Tingkatkan kualitas diri
Opo meneh iki?
Tingkatkan kualitas diri berarti kita kudu bisa mengupgrade diri Bun.  Misal sampeyan punya keahlian masak, terus saja belajar sampai level expert.  Kita ngga tahu garis hidup kita tho Bun, siapa tahu dikemudian hari sampeyan jadi owner rumah makan terkenal di kota sampeyan.
Selain itu, meningkatkan kualitas diri berarti sampeyan mempunyai bargaining position di hadapan Bapakne’ anak-anak. Ada nilai lebih yang sampeyan miliki Bun. Opo ora joss kotos-kotos?

Perluas pergaulan
Sampeyan kan seneng banget bersosmed tho?  Perbanyaklah teman Bun.  Gaul gitu lho...
Manfaatkan sosmed dengan sebaik-baiknya. Jangan hanya mengunggah foto-foto selfie atau status-status yang lebay.
Cari dan baca artikel-artikel yang dapat menggugah semangat untuk memperbaiki diri.
Baca....baca....baca !

Iiisshhh.....kok malah saya cerewet koyo emak-emak kehabisan jatah bulanan?  Semangat Bun! Masih banyak kesempatan untuk memperbaiki diri.
Semua punya kekurangan, dan juga pasti punya kelebihan tentunya.
Doaku untuk kelanggengan keluarga sampeyan ya.

Salam,