Senin, 30 September 2013

Ijinkan Aku Memandangmu


Perselisihan atau pertengkaran dalam kehidupan rumah tangga adalah hal yang wajar, ibarat garam dalam masakan. Tak lengkap rasanya dan terasa hambar. Tingkah polah anakpun demikian. Ada orang tua yang selalu mengeluh menghadapi kenakalan sang anak. Hal-hal inilah yang kadang membuat hubungan antar suami istri atau antara orang tua dengan anak tak harmonis lagi.

Ketika ini terjadi, cobalah untuk sedikit meluangkan waktu untuk merenung, ketika Anda terbangun ditengah malam, pandangilah wajah suami, wajah yang penuh lelah seharian mencari nafkah. Atau pandangilah wajah istri, wajah yang penuh guratan rasa lelah mengurus rumah tangga dan mendidik anak. Kemudian cobalah pandangi buah hati Anda, penerus keluarga yang kelak dikemudian hari akan menyuapi dan tempat kita bersandar di hari tua nanti. Singkirkan sejenak rasa tak puas Anda atas sikap pasangan, atas kelakuan dan tingkah laku anak kita. Karena keluarga kecil itu terbentuk atas komitmen bersama untuk saling memahami dan mengasihi.


Minggu, 29 September 2013

Panjang tak Selalu Nikmat lho!



Ehm…Membaca judul di atas jangan berfikir yang macam-macam dulu ya. Maksud panjang dalam tulisan tentu jauh dari hal ‘itu’.

Pernah membaca suatu artikel yang isinya panjang lebar?  Mulai dari pendahuluan, pembahasan sampai pada kesimpulan?  Jika pernah atau bahkan sering, bagaimana rasanya saat membacanya?  Untuk yang memang hobi membaca atau kutu buku tentu sudah biasa dan tak menjadi masalah.  Namun bagi orang yang tak begitu hobi membaca, tentu hal itu akan membosankan.

Hal yang membuat panjang suatu tulisan salah satunya adalah bertele-telenya pembahasan.  Maksudnya pembaca diajak berputar-putar sampai bingung dalam memahami isi tulisan dan akhirnya inti dari tulisan menjadi bias. Oleh karenanya, tulisan tak perlu bertele-tele, yang penting pembaca mudah memahami isi tulisan.

Karena saya khawatir pembaca menjadi bingung dengan tulisan saya ini, maka saya sudahi saja coretan saya ini. Dan jangan lupa, yang panjang-panjang tak selalu nikmat dan mengasikkan ya! Hehehe……

Salah Persepsi



Keliru mengartikan sesuatu kadang-kadang berasal dari kekeliruan arahan atau perintah itu sendiri. Orang tua atau guru kadang melakukan kekeliruan dalam hal memberi perintah dan arahan. Coba nikmati kisah berikut ini :

Seorang guru sedang mengajar di depan kelas.

"Baik anak-anak, sekarang waktunya belajar Bahasa Indonesia!" ucap sang guru

"Baik pak guruuu." jawab murid-murid

Guru  : "Coba apa yang pak guru katakan dijawab dengan lawan katanya yaaa !"

Murid : "Iya pak guru"

Guru   : "Apa lawan katanya tinggi ?"

Murid : "Rendah pak guru"

Guru   : "Kalo besar ?"

Murid : "Kecil pak guru"

Guru   : "Wah sudah pada pinter ya"

Murid : "Wah sudah pada goblok ya"

Guru   : "Eeee...bukan itu maksud Bapak !"

Murid : "Eeee...maksud Bapak itu !"

Guru   : "Waduh...waduh...salah itu !"

Murid : "Waduh...waduh...betul itu !"

Guru   : "Aduuuhhh...ini bocah bodo semua ya ?"

Murid : "Aduuuhhh...ini bocah pinter semua ya ?"

Guru   : "Sudah...sudah...!"

Murid : "Belum...belum...!"

Guru   : "Ealaaah...bubar...bubar !"

Murid :"Ealaaah..kumpul...kumpul !"

Guru   : "@??&;!?$*#'&!"

Sabtu, 28 September 2013

Ketika Peran itu Beralih

                    (sumber gambar: rinawahyupertiwi.blogspot.com)

Hidup penuh dengan berbagai rahasia dan kejutan. Ketika sang suami terpaksa menyerahkan tanggung jawab, baik banyak atau sedikit, kepada istrinya. Entah itu karena PHK, bisnis yang gagal, godaan wanita lain atau bahkan pergi mendahului istri menghadap Sang Khalik.

Jika hal di atas terjadi, maka kesiapan istri sangat diperlukan. Roda kehidupan keluarga musti tetap berjalan. Anak-anak harus tetap bersekolah menggapai cita-cita, walau sang ayah tak lagi dapat berperan.

Jangan tunggu sampai ada kata terlambat terucap. Jika bunda masih punya waktu ber fb ria, twitter, BBM an atau bahkan masih sempat tidur siang dengan nyaman, sebaiknya segera manfaatkan waktu yang ada untuk hal-hal yang lebih produktif. Banyak waktu dan kesempatan yang dapat dikonversikan menjadi pundi-pundi penghasilan sampingan.

Kita kini semakin sering menyaksikan wanita-wanita perkasa bergelut dengan pekerjaan berat layaknya seorang laki-laki, bukan atas nama emansipasi, melainkan demi tanggung jawab dan demi sang buah hati.

Belajar Bertanggung Jawab

             (sumber gambar: khamalkeyswilson.blogspot.com)

Siang ini AC kantor berhembus cukup kencang. Sedikit menusuk tulang. Namun hal ini membuat saya teringat perjalanan kemaren pagi.

Ditemani motor butut ditengah hujan rintik-rintik, di ujung jalan terlihat seorang ibu dengan 2 orang anaknya yang masih kecil-kecil turun dari angkutan umum. Sambil tersenyum, si ibu mengembangkan payung yang dibawanya dan kemudian menyerahkannya kepada anaknya yang lebih tua. Si anak terlihat menerima payung tersebut dengan mata berbinar, tak lupa memamerkan deretan gigi depannya yang terlihat belum tumbuh lengkap. Sembari tersenyum saya mencoba menterjemahkan arti senyum si anak, "Tak usah khawatir Bu, payung ini akan aku gunakan utk melindungi aku dan adikku sayang dari terpaan air hujan, dan terima kasih atas kepercayaan Ibu kepadaku."